...

Kamis, 09 Agustus 2007

SELEBRITIS VS PEMBANTU


Ternyata, Permasalahan seputar pembantu tidak hanya melulu milik orang awam, bahkan para selebritis pun kerap mengalaminya. Simak beberapa kisah berikut ini.

KASUS KEKERASAN PEMBANTU RUMAH TANGGA TERHADAP MAJIKAN


Dari beberapa kasus, ada pula kekerasan yang dilakukan Pembantu Rumah Tangga (PRT) terhadap majikannya, dan semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.

KASUS KEKERASAN TERHADAP PEMBANTU RUMAH TANGGA


berikut beberapa kisah mengenai masih banyak terjadinya kekerasan terhadap Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang dihimpun dari berbagai Sumber :


PRT Dicari, PRT Disakiti


PENGANIAYAAN yang dialami seorang pembantu rumah tangga di Bekasi bernama Sari (18) sungguh mengusik rasa kemanusiaan. Diakui atau tidak, PRT adalah sebuah profesi yang seharusnya juga dihargai. Sebab, kehadirannya tidak saja meringankan beban pekerjaan majikannya, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga itu.

NAMUN kenyataannya, tidak jarang PRT benar-benar berada di tangan majikannya. Setelah lepas dari yayasan atau keluarga di kampung halaman, misalnya, mereka harus berjuang sendiri agar bisa beradaptasi dan diterima dengan baik oleh majikannya. Bila bernasib baik, PRT akan dianggap sebagai keluarga sendiri oleh majikannya. Soal makanan dan kesehatan tidak dibeda-bedakan. Bahkan ada pula PRT yang disekolahkan atau dikursuskan oleh majikannya.

Sebab, diakui atau tidak, peran PRT dalam rumah tangga sangat besar. Ketika majikan sedang bekerja, selama itu pula anak-anak diserahkan sepenuhnya kepada PRT atau baby sitter. Karena itu, faktor kejujuran biasanya merupakan tuntutan majikan ketika mencari PRT.

Dalam kasus penganiayaan yang menimpa Sari, belum terungkap jelas apa sebenarnya yang melatarbelakangi perbuatan majikannya. Hanya, apa pun alasannya, tindakan yang dilakukan majikannya sama sekali tidak bisa dibenarkan. Seandainya pun Sari berbuat salah, majikan seharusnya mengembalikan ke pihak yayasan atau keluarga. Bukan dengan menganiaya. Sampai dua tahun lagi.

Sebagai pekerja di sektor informal, PRT mau tidak mau harus memiliki ketahanan mental dan fisik yang kuat. Bagaimana tidak, dengan gaji hanya berkisar Rp 250.000 sampai dengan Rp 500.000 mereka harus bekerja banting tulang siang dan malam. Soal jam kerja memang sangat tergantung kebijakan majikan. Ada PRT yang sudah mulai bekerja sekitar pukul 04.30 hingga pukul 19.00 setelah makan malam selesai. Namun ada pula PRT yang harus mengurus bayi di tengah malam. Padahal di siang hari dia harus bekerja mencuci, memasak, menyapu dan mengepel lantai, serta menyetrika baju.

Kalau mau dihitung, jam kerja PRT bisa lebih dari 12 jam. Bila gaji PRT Rp 500.000 per bulan, berarti setiap jam mereka hanya menerima upah Rp 1.400. Bandingkan dengan upah tukang batu sebesar Rp 35.000 dengan jam kerja 8 jam sehari.
Bekerja sebagai PRT juga sangat rawan menjadi korban kekerasan domestik. Beberapa kali terjadi kasus penganiayaan PRT oleh majikannya. Malah sering kali terjadi penganiayaan dilakukan lebih dari satu orang.

Kompas mencatat, terdapat 10 kasus penganiayaan pembantu selama tahun 2003 ini, baik oleh majikan atau orang lain untuk melindungi majikan. Saat PRT berada di rumah sendirian, misalnya, dia dianiaya oleh perampok yang ingin menguras harta majikannya. Bahkan, seorang PRT pernah digunduli perampok (Kompas, 15/1).

MENCARI pembantu memang gampang- gampang susah. Namun, saking butuhnya, seseorang yang sudah tinggal lama di Jakarta terpaksa harus pulang ke kampung halamannya untuk mencari pembantu yang dapat dipercaya. Sebab, banyak warga belum memercayai yayasan penyalur tenaga kerja yang saat ini menjamur di Jakarta.
Khofi, warga di daerah Barito, Jakarta Selatan, misalnya, sampai harus gonta-ganti PRT selama empat kali karena tidak ada kecocokan. Ada yang minta keluar karena alasan akan kawin, ada yang kabur tanpa alasan, ada juga yang minta keluar karena tidak betah tinggal di Jakarta.
"Waktu itu, saya terpaksa harus minta tolong kerabat di kampung saya di Jawa Tengah supaya mengirimkan pembantu ke Jakarta. Soalnya, saya sangat butuh untuk menjaga dua anak saya yang masih kecil," kata Khofi. Kini, dua anaknya sudah duduk di SMU dan SD sehingga dia tidak begitu membutuhkan pembantu lagi.

Khur, warga Bogor, juga mengalami persoalan serupa. Untuk mencari PRT yang sanggup pula menjaga anaknya yang masih bayi, dia harus mencari sendiri hingga ke Semarang, kampung halaman suaminya. "Lega rasanya setelah dapat PRT," katanya.
Hal serupa dialami juga oleh Fortunata (30), staf kantor pemerintahan di Jakarta. Wanita yang memiliki dua balita itu sudah hampir tiga tahun ini kesulitan mencari PRT maupun baby sitter (pengasuh anak) yang berkemampuan baik.

Beberapa kali dia terpaksa ganti PRT dan pengasuh anak. Pasalnya, mereka tidak mampu bekerja atau mengasuh anak. Mereka hanya bertahan beberapa hari saja.
"Padahal saya sudah mengeluarkan uang administrasi untuk menebus mereka," ujar Fortunata yang memanfaatkan jasa yayasan penyalur itu. Uang administrasi yang dimaksud Fortunata besarnya bervariasi, antara Rp 250.000-Rp 350.000. Uang itu selalu diminta pihak yayasan jika ada konsumen yang akan mengambil pembantu atau pengasuh anak dari yayasan. Jika pembantu tidak betah tinggal di rumah majikannya, uang administrasi itu tidak bisa diambil kembali. Biasanya pihak yayasan mengganti pembantu yang tidak betah tersebut dengan orang lain.

Fortunata sudah berulang kali mencoba beberapa yayasan penyalur tenaga PRT di Jakarta. Namun tenaga kerja yang ia harapkan tidak pernah cocok. Saking jengkelnya, Fortunata pernah mencoba mengambil PRT dan pengasuh anak dari Purwokerto dan Tegal.

Mencari PRT di Jakarta memang terasa makin susah. Dari desa langsung juga makin susah karena banyak perempuan desa yang memilih ke luar negeri.
Meski demikian, banyak juga keluarga yang bisa mendapatkan PRT atau pengasuh anak cukup baik. Mevia, misalnya. Wanita pekerja yang sering meninggalkan anak balitanya itu sudah percaya sepenuhnya kepada pengasuh anaknya.

Semua pekerjaan mampu ditangani Darmi, nama pengasuh anaknya tersebut. Padahal menurut perjanjian, Darmi yang diambil dari sebuah yayasan di Ciputat itu hanya bekerja mengasuh bayi. "Gue beruntung, enggak perlu cari pembantu lagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah," kata Mevia.

SUNGGUH ironis kalau di tengah situasi sulitnya mencari PRT itu ada majikan yang tega menganiaya PRT-nya.

Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Pekerja dan Anak (LAPA) Apong Herlina mengatakan, pembantu memang sangat tergantung kepada sifat dan perlakuan majikan. Jika majikan baik, PRT akan mendapatkan perlakuan baik pula. Sebaliknya, PRT bisa disiksa dan dianiaya secara tidak manusiawi.
Kuncinya, menurut Apong, adalah aturan hukum yang saat ini belum memadai. Ada perda yang dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta, yaitu Perda Nomor 6 Tahun 1993 yang mengatur mengenai perlindungan terhadap pekerja rumah tangga. Namun, aturan itu belum cukup jelas.

"Di sana ditulis, pekerja harus diperlakukan secara manusiawi. Manusiawi itu seperti apa? Lalu, mereka harus diberi makanan, makanan seperti apa? Mereka juga harus diberi istirahat, ini berapa lama? Hal itu harus dijabarkan dalam surat keputusan (SK) Gubernur untuk lebih memberi penjabaran. Hal ini penting karena banyak kasus PRT dianiaya di Jakarta dan sekitarnya, terutama di Bekasi," kata Apong.

Saat ini, LAPA sedang menjajaki produk hukum yang cocok untuk melindungi PRT. Sebab, Departemen Tenaga Kerja menolak PRT disejajarkan dengan pekerja atau buruh. "Jika sama dengan buruh, berarti nanti ada UMR, ada pesangon, ada PHK, ada cuti. Ini yang sulit dilakukan. Apalagi sebagian besar PRT itu tidur di rumah majikan," jelas Apong.

Solusi yang paling tepat, lanjut dia, PRT harus diberi satu hari dalam seminggu untuk libur, sehingga dia bisa keluar rumah. "Kasus Sari misalnya. Jika dia mendapat libur sehari saja dalam seminggu, dia akan dapat menceritakan kepada tetangganya akan apa yang dialaminya. Dia tentu akan tertolong. Yang terjadi saat ini, banyak PRT yang tidak mengenal tetangganya. Sebaliknya, orang juga tidak tahu kalau ada PRT di rumah tetangganya," jelas Apong.
Menurut dia, majikan tidak akan berkeberatan dengan libur satu hari itu. Bahkan, waktu itu bisa dimanfaatkan majikan untuk mengasuh sendiri anaknya dan bekerja di dalam rumah.

LAPA sendiri hingga saat ini telah menangani beberapa kasus PRT yang berhadapan dengan masalah hukum, baik sebagai pelaku atau korban kejahatan. Semua PRT yang diadvokasi itu berusia di bawah usia 18 tahun atau masih anak- anak. "PRT sekarang ini memang banyak yang di bawah umur dan tidak mengerti masalah hukum," kata Apong.

Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebenarnya telah mencakup semua hal yang diatur dalam Konvensi Hak Anak sekaligus mengatur sanksi hukumnya. Hal ini masih perlu disosialisasikan. "Sari, misalnya, telah menjadi PRT sejak usia 16 yang itu berarti masih anak-anak. Dipekerjakan sebagai PRT saja sebenarnya telah melanggar UU, apalagi sampai disiksa," ujar Apong.

TERLEPAS dari banyaknya kasus kekerasan terhadap PRT atau pengasuh bayi, banyak pula majikan yang tertipu mentah-mentah oleh PRT-nya yang nakal. Banyak dari mereka yang baru bekerja di rumah majikannya harus berurusan dengan yang berwajib karena kedapatan mencuri.

Pada bulan April tahun 2002 lalu, 20 PRT ditangkap Kepolisian Sektor Metro Pulo Gadung, Jakarta Timur. Mereka ditangkap di sebuah rumah di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Selain itu, penangkapan juga dilakukan di sebuah rumah di Jatinegara.
Para PRT itu tidak hanya mencuri barang-barang berharga milik majikannya. Beberapa PRT malah nekat membawa kabur anak majikannya. Di antara korban yang kehilangan anaknya adalah Ny Junaedi, warga Perumnas I Bekasi, yang kehilangan putrinya Cinta Malina (14). Menurut Ny Junaedi, Cinta diajak pergi salah seorang pembantunya.
Rata-rata PRT yang terlibat pencurian masih berusia belia, antara 14-20 tahun. Mereka tidak pernah lama bekerja di rumah majikannya, paling lama hanya enam bulan.
Pada bulan Mei 2003 lalu, seorang PRT bernama Fadhillah (19) juga ditangkap Kepolisian Sektor Duren Sawit juga karena mencuri. (Susi Ivvaty, Lusi Indriasari, Osa Triyatna)

Sumber : Kompas

Kembali Ke : HALAMAN MUKA


Selasa, 07 Agustus 2007


Cari Pembantu, Problem yang tak Sepele


Bagi suami istri yang sama-sama sibuk bekerja di luar rumah, kehadiran seorang pembantu rumah tangga merupakan "keuntungan" tersendiri.

Dengan kata lain, betapa beratnya mengurus aneka macam masalah dapur, bagi istri yang bekerja di luar rumah, jika tidak punya seorang pembantu. Tetapi harus disadari, bahwa untuk mendapatkan pembantu yang baik, bukan hal yang mudah. Yang dimaksud dengan "baik" di sini adalah pembantu yang pintar mengerjakan apa saja urusan rumah tangga, bersikap baik, dan tak mendatangkan kecemburuan istri atau tuan rumah.

MENCARI pembantu yang pintar bekerja di rumah, memang bukan hal yang tertalu sulit. Tetapi mencari pembantu yang bersikap baik, jelas membutuhkan kejelian tersendiri. Apalagi jika mencari pembantu yang tidak mendatangkan kecemburuan, tambah jeli kita memilihnya. Sebab, jika salah pilih, bukan mustahil kita akan selalu dilanda rasa waswas, khawatir dan cemburu.

Banyak kasus atau skandal seks yang dilakukan oleh majikan pria dengan pembantu wanitanya, hanya karena pembantunya itu memang berbakat menjadi "wanita penggoda". Misalnya, setiap hari selalu mengenakan rok mini, wajah dipoles bedak dan bibirnya memakai lipstik. Pembantu yang demikian jelas lebih tepat menjadi "wanita penggoda" daripada bekerja di dapur atau mengepel lantai. Maka, apabila suatu keluarga memilih pembantu yang demikian, jangan menyesal jika sang suami kelak terlibat skandal dalam "orang ketiga yang ada di rumah sendiri".
Harus diingat, bahwa laki-laki cenderung mudah tertarik dengan lawan jenisnya yang tampil menggoda, walaupun itu pembantunya. Maka jika ada majikan pria "jatuh cinta" dengan pembantunya yang tampil menggoda, adalah wajar-wajar saja.

Tua dan Muda

Memilih pembantu rumah tangga memang bukan problem ringan atau bisa dianggap sepele. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Satu hal yang harus diutamakan adalah masalah sikap dan kondisi fisiknya.

Agar kita tidak terlalu sulit memilih pembantu yang baik, sebaiknya pilih yang usianya sudah agak tua. Misalnya sekitar 40 tahun. Akan lebih baik lagi jika pembantu yang agak tua tersebut sudah berpengalaman menjadi pembantu. Sebab, dengan usia yang sudah "matang" tersebut, dan ditambah pengalaman yang cukup, kita tidak perlu mendiktenya, atau mencemburuinya.

Biasanya, pembantu yang sudah agak tua, akan bisa menguasai urusan rumah tangga. Dalam hal ini, pembantu tersebut sudah pintar memasak, membersihkan rumah, mencuci dan lain sebagainya. Ada satu hal yang juga menyenangkan kita, misalnya pembantu tersebut tidak banyak tingkah, seperti mengenakan pakaian norak, memakai bedak berlebihan, dan lain sebagainya.

Dengan kondisi tubuh yang agak tua, jelas pembantu akan "kurang menarik", khususnya bagi seorang suami dalam suatu keluarga atau rumah tangga. Maka seorang istri tak perlu merasa waswas sekalipun suami berada di rumah hanya bersama pembantu. Kalau ternyata suami masih juga terlibat skandal dengan pembantu yang agak tua, maka kita tidak perlu menyalahkan pembantu, melainkan kita harus menyalahkan suami. Sebab, suami yang demikian, agaknya memang amat "rakus" yang berbakat menjadi "tukang sikat".

Tetapi dalam praktiknya, sangat jarang ada kasus majikan terlibat affair dengan pembantunya yang sudah agak tua. Yang serin terjadi, justru banyak majikan pria yang "merasa kasihan" kepada pembantu yang sudah agak tua. Misalnya seorang suami merasa kasihan kepada pembantu yang sudah agak tua sehingga suami tersebut selalu memanggilnya dengan sebutan "bibi" atau "mbok". Bahkan suami akan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri terhadap pembantu yang sudah agak tua itu.

Lantas, bagaimana jika kita memilih pembantu yang berusia muda? Kita harus memperhatikan segi-segi karakter dan latar belakangnya -- menyangkut asal-usulnya, pendidikannya. Dalam hal ini kita harus melakukan wawancara serius untuk memahami sikap serta karakternya. Dengan mengajaknya berdialog mengenai banyak hal, ini akan dapat membuat kita bisa mengenalnya.

Untuk mengetahui latar belakangnya, kita harus menanyakan asal-usulnya, meminta KTP atau "surat jalan" yang dibawanya dari desa). Kita pun harus mengetahui tingkat pendidikannya, dengan jalan menanyakan ijazah atau surat dari sekolah yang dibawanya. Agar kita lebih mantap dan tidak curiga yang bukan-bukan, sebaiknya kita menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah atau desanya. Kalau kita sudah mengenal orangtuanya, maka dia (pembantu yang berusia muda tersebut) akan berhati-hati di rumah kita. Bahkan, hubungan kita dengan dia bisa seperti "bersaudara".

Menjaga Wibawa
Setiap tuan rumah tentu berharap bisa berwibawa di depan pembantunya -- khususnya pembantu yang berusia muda. Nah, kewibawaan memang penting, agar kita bisa dihormati, disegani dan ditakuti. Dalam hal ini, kita harus mampu bersikap bijaksana kepada pembantu.

Janganlah kita terlalu otoriter atau meremehkannya. Justru jika pembantu itu diperlakukan sedikit hormat, seperti membiarkannya duduk di kursi saat makan bersama kita, maka dia akan selalu bersikap baik di rumah walaupun kita sedang tak di rumah. Sebaliknya, jika kita terlalu meremehkannya, kemungkinan pembantu akan bersikap "mendua" terhadap kita. Di depan kita dia hormat, di belakang kita dia mengumpat-umpat.

Nah, pembantu adalah seorang manusia biasa sebagaimana anggota keluarga kita. Dia akan tulus hormat, segan dan takut kepada kita jika kita selalu bersikap baik kepadanya.

KIAT MEMILIH PEMBANTU USIA MUDA

* Tanyakan asal-usulnya
* Minta KTP atau surat lainnya
* Tanyakan ijazah atau surat dari sekolahnya

* Sempatkan berkunjung ke rumah atau desanya

Ny.Dewi
http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2006/2/5/kel2.html

Senin, 06 Agustus 2007


Tips Mengurus Rumah Selama Pembantu Mudik



Seperti halnya karyawan perkantoran, para pembantu rumah tangga pun berhak mengambil cuti lebaran. Terbayang sudah kerepotan yang bakal dihadapi. Agar segalanya menjadi lebih mudah, simak tips berikut ini :

1. Tetapkan niat
Jika biasanya anda tinggal menyuruh pembantu anda, sejak sekarang anda harus menetapkan hati untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri. Menetapkan niat penting karena jika tidak ditengah jalan anda dapat merasa bosan dan capek. Alhasil, semua terbengkalai.


2. Membagi tugas kepada seluruh anggota keluarga
Jelas, anda tidak dapat mengerjakan semuanya sendirian. Bagikan tugas kepada semua anggota keluarga. Perlu adanya kerja sama yang baik, yang didukung oleh semua anggota keluarga. Ini merupakan kesempatan untuk mengubah kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan membiarkan piring bekas makan tergeletak di meja. Juga merupakan kesempatan mendidik anak-anak, sehingga mereka lebih menghargai pekerjaan pembantu rumah tangga. Jika anggota keluarga cukup banyak, usahakan untuk menggilir pekerjaan sehingga mereka tidak melakukan pekerjaan yang itu-itu saja. Jaga agar pembagian tugas diberikan secara merata, agar tidak saling iri. Namun untuk pekerjaan tertentu yang membutuhkan keterampilan - misalnya memasak - pastikan bahwa yang mendapat tugas memang bisa mengerjakannya. Untuk keluarga muda dengan anak-anak balita, sebagian besar tugas memang menjadi tanggung jawab anda dan suami. Namun, berikan tugas-tugas sederhana kepada si kecil untuk menunjukkan bahwa ia juga harus berpartisipasi membantu.

3. Aturlah waktu dan prioritas
Untuk periode waktu tertentu tidak semua pekerjaan harus dilakukan. Jika pembantu anda cuti selama dua minggu, mungkin ada beberapa hal yang ditunda pengerjaannya, menunggu si pembantu pulang. Sebut saja misalnya, membersihkan gudang atau mencuci gorden. Fokuskan pada tugas-tugas harian yang memang mesti dilakukan, seperti memasak dan mencuci pakaian. Tidak semua pakaian harus disetrika. Mengepel lantai juga dapat diatur, jika selama ini dilakukan dua kali sehari ( pagi dan sore ), selama dua minggu ini cukuplah sehari sekali pada sore hari.

4. Pilihlah menu praktis
Memasak bisa jadi pekerjaan yang paling menyita waktu. Anda dapat menyiasatinya dengan memasak menu-menu yang praktis dan mudah disajikan. Jika sangat ingin menyantap makanan seperti rendang atau opor ayam, tapi malas untuk mempersiapkan bumbunya, anda dapat membeli bumbu yang sudah jadi dipasar. Singkatnya, jika bisa dibikin gampang, mengapa harus dipersulit. Pertimbangkan juga untuk menggunakan jasa catering atau membeli makanan siap saji bila keadaan tak memungkinkan anda memasak, misalnya karena harus mengurus bayi dan balita.

5. Manfaatkan teknologi dan layanan penyedia jasa
Terima kasih kepada teknologi karena banyak pekerjaan rumah tangga kini menjadi mudah dikerjakan. Mencuci baju misalnya, kini tak lagi secapek dahulu dengan hadirnya mesin cuci elektrik. Tersedia pula beragam merk popok sekali pakai untuk anda yang memiliki bayi sehingga anda terhindar dari gunungan popok/celana kotor yang perlu dicuci. Anda juga dapat memanfaatkan hadirnya berbagai layanan penyedia jasa urusan rumah tangga, seperti laundry, belanja kebutuhan rumah tangga dan makanan siap saji melalui layanan pesan antar, atau sms dan telephone banking. Bahkan, bila sebelum lebaran anda telah mengantisipasi bahwa anda memerlukan bantuan untuk mengurus rumah atau si kecil, anda dapat menghubungi beberapa yayasan penyedia pembantu atau baby sitter sementara.

(Disarikan dari artikel di www.tabloidnova.com)




Tips & Tricks...!!


Ada beberapa yang harus diperhatikan oleh pihak majikan yang ingin pembantu rumah tangganya kerja sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu kami akan memberikan beberapa Tips dan trik untuk para majikan yang ingin agar tenaga kerjanya itu betah, awet dan bekerja sesuai dengan yang diharapkan :

1. Gaji
Dalam memberikan gaji pihak majikan harus menyesuaikan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan, karena dalam pemberian gaji inilah yang memicu semangat para pekerja. Untuk pembantu pemula, gaji yang diberikan berkisar antara 250 – 300 ribu, sedangkan untuk yang berpengalaman, biasanya gaji yang diberikan berkisar antara 300 ribu sampai dengan 500 ribu. Tetapi yang perlu diingat untuk para majikan, hendaknya dalam pemberian gaji ini, disesuaikan dengan harga pasaran yang berlaku dilingkungan kita, jadi jangan sampai standar gaji yang kita berikan dapat merusak pasaran yang sudah ada tersebut. Dan diusahakan bilamana semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, berikanlah kenaikan gaji dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan pertama

2. Pekerjaan
Membicarakan soal pekerjaan sering kita sebagai majikan melupakan batas-batas kemampuan tenaga mereka. Sebaiknya diawal pertemuan antara calon majikan dan calon pembantu dibahas tentang pekerjaan pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh pembantu, apakah seluruh pekerjaan rumah tangga, ataukah hanya mengerjakan item-item tetentu. Hal ini diperlukan agar majikan dan pembantu sama-sama mengerti akan hak dan kewajiban masing-masing. Tetapi biasanya mayoritas majikan melupakan hal ini, dan tenaga kerja diperlakukan layaknya sebagai budak belian yang harus bekerja di mana waktu majikan memerintah entah itu siang atau malam, entah itu hujan atapun panas. perlakukanlah tenaga kerja khususnya pembantu rumah tangga sebagai layaknya manusia, dan bukan sebagai budak belian.

3. Makan
Tidak bisa kita hindarkan masalah satu ini, karena dengan makan baru mereka bisa bekerja. Terkadang yang membuat tenaga kerja tidak betah di rumah majikan disebabkan kurang perhatian seorang majikan akan kebutuhan pangan mereka. Ada yang mayoritas majikan memberi makan mereka dengan cara sistem jatah (taker), adapula yang memberikannya sisa-sisa makanan yang tidak dimakan lagi oleh majikannya, kalau bisa hal ini dihindarkan dari kebiasaan kita dalam mempekerjakan tenaga kerja. Untuk masalah makan ini, ada beberapa orang yang memberikan uang makan untuk mereka kelola sendiri sesuai dengan selera mereka. Ada juga apa yang dimakan majikan, itu juga ynag dimakan pembantu. Dan diusahakan agar jam makan mereka tidak berantakan, karena hal ini bisa mempengaruhi kesehatan mereka, terutama bagi ynag mudah terkena gangguan pencernaan..

4. Istirahat
Pembantu rumah tanggapun manusia dan membutuhkan istirahat, dalam hal ini terkadang pihak majikan merasa rugi menggaji pembantunya bila beristirahat walau hanya dalam waktu 10 menitpun. Majikan harus mengerti bahwa pembantu adalah manusia bukan robot yang tidak membutuhkan istirahat dan refreshing sebagai pemenuhan kebutuhan rohaninya. berilah pembantu rumah tangga anda untuk cuti 1 hari setiap bulannya. Dan kalaupun pembantu anda lebih memilih untuk tetap dirumah, maka berilah ia uang extra sebagai pengganti hari liburnya. Karena hal ini diyakini bisa membuat pembantu anda merasa lebih dihargai.

5. Peraturan
Terkadang suatu peraturan yang bisa membuat seorang tenaga kerja tersiksa untuk tetap bertahan di tempat kerjanya, oleh karena itu bijaksanalah majikan dalam membuat peraturan bagi tenaga kerjanya. Jangan sampai pribadi seorang tenaga kerja terusik oleh peraturan-peraturan yang seharusnya tidak perlu. Buatlah peraturan yang mempermudah pekerjaan si tenaga kerja dan tidak membebani pihak majikan.


Memilih Pengasuh Anak

Memilih pengasuh anak bukan masalah mudah. Cermati yang sesuai bagi si kecil.

Bagi ibu bekerja, hadirnya pengasuh anak adalah kebutuhan utama. Mereka ini mendampingi si kecil tumbuh kembang. Juga membantu menciptakan suasana rumah yang bersahabat dan nyaman bagi anak. Namun, mencari orang yang tepat tidaklah mudah. Bagaimana Anda menyeleksinya?

Berbagai pilihan

Siapa yang Anda rasa tepat mengasuh si kecil? Berbagai pilihan dapat Anda pertimbangkan, di antaranya:

- Pembantu rumah tangga
Pembantu rumah tangga (PRT) merupakan pilihan favorit para ibu karena tenaga mereka lebih murah. Sayangnya kemampuan seorang PRT biasanya terbatas. Maklum, tingkat pendidikan mereka pun juga terbatas.

- Babysitter
Biasanya keterampilan mereka di atas kemampuan PRT, karena sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Meski kenyataan tidaklah selalu demikian. Untuk menghindari ini, sebaiknya pilihlah yayasan penyalur babysitter yang baik sesuai rekomendasi orang yang dapat dipercaya.

- Nanny
Nanny dapat diterjemahkan sebagai perawat anak yang punya pendidikan dan pelatihan khusus dalam standar tertentu. Ia tidak hanya mampu menjaga anak, namun juga mengajak anak bermain atau belajar sesuai tingkat pendidikan si kecil. Memang syarat sebagai nanny minimal lulus SMA. Namun biaya yang dikeluarkan untuk menyewa nanny lebih mahal dari dua alternatif sebelumnya.

- Governess
Governess memiliki kemampuan di atas nanny. Ia dapat diharapkan menjadi guru privat bagi si kecil selama 24 jam sehari, karena syarat seorang governess adalah menguasai pendidikan dasar, termasuk pendidikan sopan santun dan etika. Tentu saja menggunakan jasa governess perlu biaya sangat tinggi sesuai keterampilan, pikiran dan tenaga yang diberikan.

Hati-hati memilih

Siapa pun pilihan Anda, yang penting carilah referensi dari teman atau saudara yang merasa puas terhadap kinerja pengasuh anak dari suatu yayasan tertentu. Perhatikan juga kontrak kerja dengan sang pengasuh. Ajukan klausul tambahan jika Anda kurang sesuai dengan kontrak kerja yang ditawarkan. Setelah itu, cobalah menjalin hubungan dengan calon pengasuh sebelum memutuskan menggunakan jasanya. Minimal, cobalah ‘mengorek’ pribadinya melalui wawancara.

Jika perlu, perhatikan bagaimana calon pengasuh berinteraksi dengan si kecil. Bagaimana reaksi anak terhadap calon pengasuhnya. Apakah ia terlihat senang atau takut? Siapa pun yang Anda pilih menjadi pengasuh si kecil, yang utama bagaimana penerimaan anak serta bagaimana sikap pengasuh menghadapi buah hati Anda.

Pertanyaan Bagi Sang Calon

- Apa motivasi menjadi pengasuh anak?
- Harapan sebagai pengasuh dan kenyataan yang kerap ditemui di lapangan, serta bagaimana upayanya mengatasi hal tersebut.
- Pengalaman kerja sebagai pengasuh anak.
- Usia anak-anak yang pernah diasuh.
- Alasan berhenti dari tempat terdahulu.
- Pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan di yayasan.
* Identitas diri dan cocokkan dengan kartu identitas yang dimilikinya.

Esthi Nimita Lubis

Disadur dari www.ayahbunda-online.com


PERAN PEMBANTU & BABYSITTER



Kondisi ibu bekerja sudah menjadi hal yang wajar dewasa ini, dan kondisi ini pun dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak (dari satu sisi : kemandirian), namun banyak sisi lain yang lebih penting untuk kita perhatikan.

Kehadiran pembantu dan babysitter sudah menjadi budaya bagi sebagian besar rumah tangga kita di Indonesia. Ada yang perlu kita perhatikan apabila kita dalam kondisi seperti ini. Perlu beberapa tips yang tepat untuk menjaga kondisi perkembangan dan pertumbuhan anak kita aman dan sehat secara fisik maupun mental.

Berikan persyaratan mutlak bagi Pembantu dan Babysitter, jika kita meninggalkan anak kita pada pembantu/ babysitter, maka syarat mutlak yang harus kita ikuti adalah:
  1. Jujur
  2. Seiman (seagama) dengan kita
  3. Menyayangi Anak
Tips Memilih Pembantu /Baby Sitter untuk anak kita:
  1. Usia 17-25 tahun, usia muda akan dapat kita ajak untuk berfikir bagaimana secara bersama-sama membimbing anak kita, jika kita mencari pembantu / babysitter untuk anak balita kita dengan usia yang tua (bibik/mbok) mereka akan lebih banyak menggurui dan kurang bisa menerima beberapa teori perkembangan anak
  2. Pendidikan minimal SLTP, usahakan SLTA untuk Baby Sitter
  3. Tidak senang menonton TV
  4. Senang menyanyi
  5. Senang Memasak
(Sumber : www.fedus.org)